Advertisement

Flaring Saat Startup Pabrik Petrokimia, Aktivis Tekankan Pentingnya Perlindungan Lingkungan

LCilegon,- Cilegonselatan.com,-  Aktivis lingkungan dari NGO Rumah Hijau, Supriyadi, menghimbau perusahaan dan masyarakat untuk lebih waspada terhadap dampak lingkungan dan kesehatan yang ditimbulkan oleh aktivitas flaring saat proses startup pabrik petrokimia milik PT Lotte Chemical Indonesia (LCI) yang berlokasi di Kota Cilegon.

Menurutnya, aktivitas pembakaran gas (flaring) yang terjadi saat pabrik memulai operasional kembali bukan hanya memiliki dampak teknis, tapi juga menimbulkan konsekuensi luas bagi lingkungan, kesehatan, hingga sosial ekonomi masyarakat sekitar.

“Proses flaring memang umum dilakukan saat startup atau shutdown pabrik untuk alasan keselamatan. Tapi jika tidak dikelola dengan baik, bisa menimbulkan dampak serius dan berkepanjangan,” ujar Supriyadi saat diwawancarai, Rabu (22/5).

Ia menjelaskan bahwa gas buang hasil flaring mengandung CO₂, CO, NOx, SO₂, serta senyawa organik volatil (VOC) yang mencemari udara dan berdampak pada lingkungan global.

“CO₂ dan metana dari flaring menyumbang pada pemanasan global. Lalu, NOx dan SO₂ bisa membentuk hujan asam yang merusak vegetasi dan perairan,” tegas Supriyadi.

Selain itu, ia menyebutkan bahwa aktivitas flaring sering menimbulkan kebisingan dan polusi cahaya yang mengganggu warga dan ekosistem malam hari.

Lebih lanjut, Supriyadi menekankan bahwa warga sekitar juga rentan mengalami gangguan kesehatan, mulai dari pernapasan hingga risiko jangka panjang akibat paparan senyawa berbahaya.

“Gas seperti SO₂ dan partikulat bisa memicu asma dan bronkitis. Bahkan, senyawa seperti benzena dan VOC yang dihasilkan flaring bersifat karsinogenik jika terpapar terus-menerus,” jelasnya.

Dari sisi ekonomi, ia menilai bahwa flaring adalah bentuk inefisiensi energi.

“Gas yang seharusnya bisa dimanfaatkan untuk energi justru dibakar begitu saja. Ini pemborosan,” ucapnya.

“Belum lagi risiko denda dari pemerintah jika tidak sesuai regulasi, dan reputasi perusahaan yang bisa tercoreng,” tambahnya.

Secara sosial, Supriyadi menyebutkan bahwa keluhan dari warga sekitar terhadap bau, kebisingan, dan polusi cahaya harus menjadi perhatian serius.

“Jika masyarakat merasa tidak dilibatkan atau tidak diberi informasi, bisa muncul ketegangan dan konflik sosial, tapi PT Lotte Chemical Indonesia telah mengeluarkan surat pemberitahuan resmi pada 19 Mei kemaren terkait kegiatan start-up dan flaring.” ujarnya.

Supriyadi menyerukan kepada PT Lotte Chemical Indonesia untuk mengelola aktivitas flaring dengan baik dan secara profesional.

“Kami memahami bahwa flaring tidak bisa dihindari dalam kondisi tertentu. Tapi harus ada sistem pemantauan yang ketat, komunikasi terbuka dengan warga, dan penggunaan teknologi alternatif seperti gas recovery system,” pungkasnya.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *