Cilegon,- Cilegonselatan.com,- Ratusan warga tumpah ruah di Alun-Alun Kota Cilegon, Sabtu malam (25/10/2025), untuk menghadiri acara perdana “CJ SIPEUNG”, sebuah gerakan kreatif yang diinisiasi oleh Yayasan Mengetuk Pintu Langit. Acara ini memadukan unsur hiburan, edukasi, dan budaya dalam satu malam penuh warna.
Nama CJ SIPEUNG memiliki filosofi tersendiri. Menurut panitia pelaksana, “CJ” dibaca dengan logat Cilegon menjadi “Sijie” yang berarti satu, sementara “Sipeung” berarti malam.
“Jadi, CJ SIPEUNG artinya Sijie Sipeung — Satu Malam. Ini adalah dedikasi kami untuk menghadirkan satu malam spesial setiap bulan yang segar, positif, dan menghidupkan kembali Alun-Alun,” ujar Ahmad Sunandar, penanggung jawab kegiatan.
Acara ini menghadirkan tiga segmen utama, yaitu Anak Cilegon Ceria, Musik Performance, dan Literasi Sosial.
Segmen Anak Cilegon Ceria membuka kegiatan dengan berbagai permainan dan aktivitas keluarga, sementara malam harinya diisi dengan penampilan musisi-musisi lokal pada segmen Musik Performance.
Daya tarik utama malam itu datang dari segmen Literasi Sosial bertajuk “Diskusi Budaye”. Diskusi terbuka tersebut menghadirkan sejumlah tokoh kebudayaan Kota Cilegon, antara lain:
Ayatullah Khumaeni, Ketua Dewan Kebudayaan Kota Cilegon (DKKC)
Rizal Arif Baihaqi, Ketua Forum Wartawan Kebudayaan (FORWARD)
Edi Febriadi, Ketua Bidang Program DKKC
Syaiful Iskandar, Ketua Bidang Warisan Benda DKKC, yang juga bertindak sebagai moderator
Dalam diskusi itu, para narasumber menyoroti pentingnya pelestarian nilai-nilai budaya lokal di tengah derasnya arus modernisasi dan digitalisasi.
“Budaya bukan sekadar masa lalu, tapi fondasi bagi masa depan Cilegon,” tegas Ayatullah Khumaeni.
Ketua FORWARD, Rizal Arif Baihaqi, menambahkan bahwa kolaborasi antara jurnalis, seniman, dan komunitas merupakan kunci agar kebudayaan Cilegon terus hidup di ruang publik.
“Acara seperti CJ SIPEUNG ini adalah bukti nyata bahwa anak muda mampu menghidupkan ruang budaya dengan cara yang kreatif dan inklusif,” ujarnya.
Pihaknya menilai, kegiatan ini menjadi momentum penting dalam membangun ekosistem kebudayaan yang berkelanjutan di tingkat komunitas.

















Leave a Reply